SiJOGJA.COM : Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bisa disebut sebagai salah satu gudangnya museum di tanah air.
DIY tercatat memiliki lebih dari 45 museum yang tersebar di empat kabupaten/kota.
Namun demikian, kalangan pelaku seni rupa, melihat DIY masih butuh satu museum lagi terutama untuk menyimpan koleksi yang selama ini kerap disumbangkan para pelaku seni untuk publik alias tak diperjualbelikan.
"Taman Budaya Yogyakarta (TBY) ini misalnya, memiliki ratusan koleksi karya seni bernilai milyaran rupiah (pemberian) dari maestro-maestro seni Yogyakarta yang kini sudah mendunia," kata kurator senirupa
Mikke Susanto di sela persiapan pameran seni Kencan Nonton Wayang di TBY Jumat 19 Mei 2023.
Dalam pameran yang akan dihelat
24 hingga 31 Mei 2023 mendatang, TBY akan mengeluarkan 60 koleksi seni karya seniman yang dibuat sejak tahun 70-an hingga 2000-an.
Misalnya saja, TBY menyimpan karya paling tua juga dari Raden Mas Djajengasmoro yang merupakan salah satu pendiri Akademi Seni Rupa (Asri) Yogyakarta sebelum lembaga itu berubah menjadi Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
TBY juga menyimpan karya seniman senior Edhi Sunarso, lalu karya Saptoto yang membuat Monumen Serangan Oemoem 1 Maret, karya Jumaldi Alfi, Rudi Mantofani juga karya kelompok SR Jendela yang nilai jualnya di pasar senirupa sangat tinggi.
"Satu contoh, satu karya patung Edhi Sunarso ada yang dijual keluarganya sekitar Rp 300 juta, padahal koleksi Edhi Sunarso yang dimiliki TBY sangat jarang keluar (dipamerkan) harganya mungkin hampir sama, dan itu baru satu," kata dia.
Dengan koleksi koleksi luar biasa ini, ujar Miekke, seharusnya karya karya seni itu bisa tersimpan dan terawat dengan baik karena koleksi TBY menjadi satu perjalanan seni rupa di Yogyakarta.
"Harapannya di Yogya segera ada semacam satu museum khusus untuk menyimpan karya-karya ini," kata dia.
Kepala TBY Purwiati menuturkan dengan banyaknya koleksi seni yang dimiliki, untuk melakukan perawatan bukan hal mudah. Sebab tenaga yang dimiliki lembaga di bawah naungan pemerintah daerah itu masih kekurangan sumber daya manusia.
"Saat ini TBY hanya memiliki 20 ASN dan 11 tenaga bantu untuk mengampu berbagai hal termasuk perawatan koleksi seni yang ada, kami kesulitan untuk perawatan itu," kata dia.
Meski secara anggaran memungkinkan melalui dana keistimewaan, namun sedikitnya sumber daya manusia hanya bisa diatasi dengan mrlibatkan berbagai pihak. Seperti akademisi dan ahli di bidangnya untuk melakukan kerja-kerja seperti perawatan koleksi seni itu.